Minggu, 27 Februari 2011

gaya hidup anak muda di jepang

Japanese fashion’ (busana/mode bergaya Jepang) merupakan perpaduan gaya tradisional Jepang dan modern. Hampir sebagian besar busana tradisional Jepang kini berevolusi menjadi street fashion meskipun sesekali busana tradisional asli masih dapat kita jumpai di beberapa kota besar Jepang. Jepang mulai menandingi tata busana gaya barat semenjak abad 21 dan selanjutnya sekarang berubah menjadi apa yang disebut dengan ‘street fashion’. Istilah tersebut digunakan untuk mendeskripsikan mode/gaya pakaian yang dikenakan seseorang melalui perpaduan trend mode terbaru dengan gaya tradisional. Contohnya seperti pakaian yang dibuat sendiri dengan tetap memakai bahan dasar dari toko kain.
Sekarang ini terdapat banyak macam gaya berpakaian di Jepang, termasuk juga dari perpaduan merk lokal dengan merk asing. Beberapa jenis gaya berpakaian tersebut terkesan ekstrim dan dapat dipandang sebagai pelopor seni yang setara dengan model peragaan busana di Eropa. Rentetan fenomena naik-turunnya popularitas dari kebanyakan trend tersebut telah dicatat oleh Choicer Loki sejak tahun 1997 dalam majalah mode ’FRUiTS’. Majalah ini merupakan majalah terkemuka yang telah mengenalkan ’street fashion’ di Jepang.
’Street fashion’ kini telah menjadi trend yang paling populer di Jepang. Hal itu tidak lepas dari peran anak-anak muda Jepang yang mengenakan berbagai pakaian aneh di daerah perkotaan seperti Harajuku, Ginza, Odaiba, Shinjuku, dan Shibuya. Beberapa contoh gaya yang populer di Jepang antara lain Lolita, Cosplay, Kogal, Ganguro, Bōsōzoku, dan Elegant Gothic Aristrocrat.
Lolita



’Lolita Fashion’ merupakan bagian dari perpaduan kebudayaan Gothic & Lolita yang sebagian besar diinspirasi oleh pakaian anak-anak Victorian (gaya berpakaian di Inggris pada era Queen Victoria tahun 1837–1901 yang meniru pakaian boneka Victoria) dan kostum orang terpelajar pada jaman Rococo (Perancis abad ke-18; setelah jaman Baroque). Gaya barat seperti goth & punk, cosplay, serta pakaian yang dikenakan oleh pelayan wanita Perancis juga ikut menginspirasi ’Lolita’ tersebut.
Lolita dapat diklasifikasikan ke dalam Gothic Lolita, Sweet Lolita, Classic Lolita, dan Punk Lolita. Ada juga tipe Lolita lain seperti Wa-Lolita, Qi Lolita, Pirate Lolita, dan Erotic Lolita. Selain itu, mode yang berhubungan dengan Aristrocrat dan Ouji juga kadang-kadang dipertimbangkan untuk digunakan dalam kebudayaan dan mode Lolita.


Cosplay


Bagian kebudayaan Jepang lainnya adalah Cosplay, dalam bahasa Jepang disebut sebagai kosupure. Cosplay dalam bahasa Inggris berasal dari kata costume dan play, di mana gaya berpakaian yang digunakan berdasarkan pada tokoh/karakter dalam manga, anime, tokusatsu, game video, pertunjukkan action Jepang di televisi, film-film fantasi, ataupun band-band pop Jepang.
Ko-gal
http://www.globalcompassion.com/images3/kogeru.jpg


Kogal biasanya dicirikan dengan wanita muda yang menghabiskan pendapatan mereka untuk mode, musik, dan berbagai macam aktivitas sosial yang menyolok mata. Penampilan Kogal dapat dideskripsikan sebagai berikut; menggunakan sepatu hak tinggi-tebal, rok pendek, makeup tebal, rambut berwarna (biasanya pirang atau coklat), kulit kecoklatan (akibat berjemur di bawah terik sinar matahari), dan berbagai macam aksesoris dari desainer. Apabila mereka sedang mengenakan seragam sekolah, ternyata juga dalam bentuk rok pendek dan disertai dengan kaus kaki longgar (baggy socks) yang tingginya sampai lutut.
Kogal memiliki banyak aktivitas dan sifatnya yang sangat menonjol dapat dilihat dari gaya hidup yang diutamakan untuk memiliki barang-barang baru. Pusat kebudayaan Kogal berada di Shibuya; kawasan Tokyo. Mereka berlomba-lomba untuk menjadi ’pembeli yang pertama’ dalam hal teknologi hp di Jepang, serta keinginnya untuk membeli berbagai macam pakaian seperti selendang merk Burberry dan tas tangan merk Louis Vuitton, sehingga Kogal cenderung menghabiskan banyak waktu luangnya untuk berbelanja (dengan pendapatan orangtua-nya). Mereka secara umum tidak berbelanja di berbagai department store. Selama musim panas, Kogal kadang-kadang terlihat bersantai di pantai.
Ganguro
http://harajukugirls.us/wp-content/uploads/2010/03/ganguro_girls.jpg

Popularitas Ganguro memuncak pada tahun 2000. Pusat fashion Gangguro berada di Shibuya dan Ikebukuro yang merupakan kawasan Tokyo.Penampilan Ganguro dapat dikatakan terdiri dari rambut yang dicat warna putih, pirang, coklat gelap atau warna coklat yang sangat pucat; biasanya dilengkapi dengan jepit rambut berbentuk bunga sepatu. Selain itu, untuk wajah Ganguro memakai makeup tebal yang berwarna cerah serta eyeliner hitam & putih. Mereka biasanya mengenakan rok mini, platform shoes (sepatu hak tinggi-tebal; panjang sampai ke lutut) dan gelang-gelang besar dalam jumlah banyak, serta berbagai macam cincin dan kalung.
Cewek-cewek Ganguro biasanya ditemani oleh sekelompok kecil orang yang disebut dengan ‘Ganguro Gal’ untuk memamerkan hp mereka dengan tempelan berbagai stiker purikura. Dalam bahasa Jepang, purikura (singkatan dari purinto kurabu) merupakan foto diri yang dibuat secara instant dalam suatu photo-box, bukan hasil cetakan studio foto.

Bōsōzoku
http://img268.imageshack.us/img268/1206/bosozokujumpsuits021.jpg


Bōsōzoku pertamakali terlihat pada tahun 1950-an sebagai anak muda Jepang yang mulai mengenal produk-produk industri seperti mobil dan sepeda motor. Bōsōzoku pertama dikenal dengan sebutan kaminari-zoku (atau Ligthning Tribes). Di Jepang terdapat banyak klub Bōsōzoku, termasuk geng cewek-bersepeda; yang dapat diidentifikasi dari tatanan/gaya pakaian dan jenis sepeda motor.
Bentuk penampilan klise dari Bōsōzoku seringkali dilukiskan dan bahkan dikarikaturkan dalam berbagai media Jepang seperti anime, manga, dan film. Anggota komunitas Bōsōzoku biasanya terlihat seragam dengan mengenakan jumpsuit seperti baju butut yang dipakai oleh buruh atau ’tokko-fuku’; sejenis mantel bercorak militer dengan logo Kanji yang biasanya dipakai terbuka tanpa baju di dalamnya sehingga memperlihatkan balutan kain perban di badan mereka; serta celana longgar (baggy) senada yang bagian ujung kakinya dimasukkan ke dalam sepatu bot tinggi. Logo-logo geng/klub seringkali dijahitkan pada jaket kulit dan bahkan setelan berbahan kulit seluruhnya juga terlihat sebagai bagian penampilan Bōsōzoku.
Aksesoris lain yang juga menjadi pelengkap pakaian Bōsōzoku adalah kacamata hitam, ikat kepala ’hachimaki’ panjang dengan slogan-slogan perang, dan gaya rambut ’pompadour’ yang terlihat hampir seperti penampilan rocker (digambarkan demikian mungkin karena mereka telah bekerja sama dengan perkumpulan Yakuza). Rambut bergaya ’pompadour’ dapat dideskripsikan sebagai rambut yang disisir ke arah belakang, dengan bagian depan rambut tetap diarahkan ke depan dan berbentuk ikal dengan sendirinya. ’Punch perm’ juga dianggap sebagai gaya rambut Bōsōzoku, bahkan masker untuk proses bedah-pun juga dapat dikenakan oleh Bōsōzoku.
Elegant Gothic Aristrocrat (EGA)
http://www.spirit-of-metal.com/membre_groupe/photo/Mana-2771.jpg



Gaya dari Elegant Gothic Aristrocrat berdasarkan pada konsep ‘androgyny’, dan seringkali menjadi pakaian yang identik bagi baik kaum laki-laki maupun perempuan. Androgyny merupakan istilah diturunkan dari kata Yunani άνδρας (andras, berarti laki-laki) dan γυνή (gyne, berarti perempuan); dapat didefinisikan sebagai dua konsep yang memadukan/mencampurkan laki-laki & perempuan, atau identitas kelamin yang tidak jelas.
Pakaiannya terbatas pada warna hitam, putih, dan warna-warna gelap lain. Kesan paling utama dapat dilihat dari kemewahan serta kesederhanaan di mana baju bermotif garis biasanya sederhana dan ketat, dengan celana atau rok panjang. Dengan demikian gaya EGA sangat kontras dengan gaya Lolita. Tetapi tetap saja make-up yang gelap dan tebal juga dipakai di dalam kedua gaya tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar